Petekan, Tradisi Unik Tes Kehamilan Suku Tengger Malang

4:45:00 AM

Petekan, Tradisi Unik Tes Kehamilan Suku Tengger Malang - Berbicara tentang Malang dan Bromo, nama suku tengger tentunya bukan suatu hal yang asing. Suku yang tinggal di lereng pegunungan Tengger ini punya sebuah tradisi unik, yakni petekan. Tradisi ini sendiri dilakukan oleh warga Desa Ngadas, Poncokusumo, Malang.  







Dalam melakukan tradisi ini biasanya dipimpin oleh dukun adat dan dibantu dua orang seperti dukun bayi dan Pak Legen. Sebenarnya apa fungsi tradisi ini dan bagaimana efeknya terhadap masyarakat tengger? Mari kita bahas satu-satu.


Apa itu Tradisi Petekan?

Tradisi petekan merupakan tradisi yang dilaksanakan tiga bulan sekali. Di mana upacaranya sendiri dilakukan di tempat tertutup mulai dari jam 7-9 malam. Upacara adat ini harus diikuti perempuan yang belum menikah dan berusia matang. Petekan sendiri berasal dari kata dipetek atau ditekan. Kenapa bisa dinamakan demikian, karena sang dukun bayi melakukan upacara ini dengan menekan perut bagian bawah para peserta, di mana dimaksudkan untuk mendeteksi kehamilan. Ya, adat ini dimaksudkan yang utama adalah mengetahui para perempuan suku tengger masih perawan atau tidak, serta dalam kondisi hamil di luar nikah atau tidak. 

Upacara ini dinilai cukup baik karena menghindari adanya hubungan bebas di luar pernikahan. Nah, jika sampai ada yang hamil, maka hukum adat serta denda pun berlaku. Terlebih untuk perempuan yang hamil oleh lelaki yang sudah menikah. Hukum adat akan semakin ketat. Selain membayar denda berupa semen 100 sak dari pihak lelaki, dan 50 sak dari pihak wanita, mereka juga akan dikucilkan serta dipermalukan dengan membersihkan jalan. Tidak hanya itu, setelah dinikahkan secara adat, mereka diwajibkan bercerai begitu jabang bayi lahir ke dunia. Oleh karena itu masyarakat suku tengger, terutama yang ada di desa Ngadas, akan jadi lebih berhati-hati mengingat betapa ngerinya hukum adat.



Sejak Kapan Adat Ini Ada?




Tradisi petekan konon ada sejak tahun 1772, di mana hubungan lawan jenis dalam suku tengger adalah hal yang sangat sensitif serta sakral. Tradisi ini bahkan masih ada hingga sekarang. Masyarakat suku tengger sendiri memiliki kepercayaan apabila sebuah bencana alam atau wabah berupa penyakit merupakan teguran adanya hubungan bebas tersebut. Biasanya warga tengger sudah mencium adanya hubungan terlarang lewat tanda-tanda alam, seperti berkokonya ayam di saat tidak wajar semisal selepas magrib dan lain-lain. Nah ketika mengetahui tanda-tanda ini biasanya para sesepuh adat akan melakukan upacara petekan di luar tradisi tiga bulanan. 

Menakjubkannya, konon begitu diadakan upacara ini akan ketahuan siapa yang sedang hamil tersebut. Dan dipercaya begitu upacara ini dilakukan dan sanksi diberlakukan pada pelaku, kondisi alam di sekitar Tengger kembali pada kondisi semula.


Petekan, sebuah tradisi yang unik dan menarik sekali bukan pembaca tradisi Indonesia? Tradisi yang memiliki tujuan baik, bahwa hubungan bebas sebelum menikah tidaklah baik. Tertarik mengetahui upacara adat ini secara langsung? (Tradisinesia.blogspot.com)

You Might Also Like

4 komentar

  1. Coba di jakarta ada hukum adat kayak gini ya.Hukum adatnya cukup membuat orang takut berbuat yang di larang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya, hukum adat di sini cukup memberatkan dan pasti bikin orang berpikir dua kali untuk berhubungan di luar pernikahan. :)

      Delete
  2. Wah tradisinya bagus dan mendidik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, tradisi yang bersifat positif petekan ini. ^^

      Delete